Rabu, 08 Februari 2012

Kisah kucing

"meong"
langkahnya terhenti, terduduk diam, menundukkan kepalanya.
Ia melangkah lagi menyelusuri jalan setapak demi setapak. Ia juga melewati aspal yang sudah rusak. Ia mencari pengalaman baru atau juga pemilik baru.
"meong"
badannya kurus kering. bulunya pendek. penuh dengan lumpur jiwa petualangan. meski begitu, dia tetap berjalan menyusuri jalan yang dianggapnya sudah biasa menjadi teman yang sangat setia baginya. tetap saja tak ada orang yang mau menggubrisnya.

...
malam telah tiba
...

Si kucing belum mendapatkan makanan hari ini. dia sudah terlampau lapar. tubuhnya kurus kering. bahkan tulang rusuknya pun mulai terlihat dengan jelas. tapi dia tak mau menyerah. hidupnya masih panjang. dia berharap umurnya masih panjang.
Dia berjalan menuju tong sampah besar di sekitarnya.
"mungkin disana ada makanan" pikirnya
Si kucing melompat. dia mengendus dengan hidungnya semampunya. apa yang ditemukan, bukanlah hal bagus. dia hanya menemukan tulang ikan beserta kepalanya yang masih utuh. mau tak mau, dia memakannya hingga habis.
Tetap saja merasakan lapar. tak jera, si kucing meneruskan perjalanan. dia berfikir, andai saja jika aku pergi ke rumah orang, pasti mereka memberiku makan yang banyak.
ia meneruskan perjalanan hingga memakan waktu sekitar 1 jam.
si kucing menatap rumah yang sangat besar. Ia masuk dan mengeong sekuatnya.
"MEONG!"
teriaknya. si pemilik rumah keluar, namun, apa yang diharapkan si kucing, ternyata miring total. si pemilik rumah mengusirnya dengan kasar.
"pergi kau kucing jelek!"
kata-kata itu menusuk hatinya. namun, dalam hatinya, dia bisa memaafkan orang itu. si kucing meneruskan perjalanan hingga dia menemukan rumah penuh makanan.
Si kucing masuk, dia berteriak semampunya. perutnya kosong sejak tadi.
"MEONG!"
teriaknya. si pemilik warung keluar. Ia merasa iba melihat kucing yang begitu kurus dan kecil. Akhirnya si pemilik warung memberikan 1 buah ikannya yang besar. si kucing senang. ia memakan ikan tersebut dengan lahap.

...

perutnya kenyang. sekarang si kucing pergi, ia hendak mencari tempat peristirahatan yang sangat nyaman. namun, tak lama, hujan turun dengan derasnya.
ia berusaha lari menuju tempat teduh yang sangat nyaman baginya, namun, kucing liar lain mengusir dirinya. si kucing berlari lagi dalam derasnya hujan. bulunya basah oleh hujan, namun dia tak mau menyerah sedikitpun. ia tetap berlari dalam derasnya hujan.
namun,
yang tak disangkanya,dia mendapat perlakuan sama dari para kucing liar maupun manusia. si kucing kaget. badannya terlampau lemas. dia hanya bisa berjalan lemah.
si kucing berjalan sendirian di tengah derasnya hujan. dia pun berkata
"Ya Tuhanku, Engkau memang ciptakan khalifah di bumi ini. Namun, mengapa mereka semua kejam terhadapku?"
dalam hatinya dia hanya ingin minta kehangatan, belaian, dan sentuhan. namun, dia hanya bisa menangis di tengah hujan.
ia menemukan semak yang lebat. si kucing berteduh di situ.

...
hujan mulai reda
...

si kucing keluar dari semak-semak. bulunya masih basah. dia kedinginan. dia sangat kedinginan. dia minta kehangatan yang bisa menyelimutinya.
tubuhnya yang kurus kering memudahkan dia terus kelaparan. dia takut, apabila dia masuk ke rumah orang lagi, perlakuannya pasti sama. dimaki dan diusir. maka, dia hanya bisa mengunjungi tong sampah.
si kucing hanya memakan sisa-sisa makanan yang ada disana.

...

dia berjalan tertaih-tatih. dia mencari orang yang tulus mau merawat dirinya. namun apa daya, meskipun dia menjauhi rumah-rumah, tetap saja manusia di sekitarnya memukulinya. hanya karena badannya kotor penuh pasir dan tanah. di dalam hatinya. si kucing hanya bisa menangis. raut wajahnya tak tampak lagi. dia ingin mati saja. namun, Tuhan berkehendak lain.

...
siang terik
...

si kucing meringkuk di balik semak-semak dekat rumah warga. bulunya yang berwarna putih, tertutup warna tanah, memudahkan dirinya tidak dikenali orang saat bersembunyi dibalik semak dan tanah. dia meringkuk dengan perasaan hati yang telah dilukai. dia ingin mencari akhir kehidupan. dengan mendiamkan tubuhnya yang sangat kelaparan. dia menangis, menangis, dan menangis.
Si gadis remaja berusia sekitar 12 tahun keluar dari rumahnya yang indah. dia hendak mencari daun pisang untuk membungkus makanan. saat dia keluar rumah, dia melihat si kucing kecil yang pasrah akan hidupnya.

...
mungkin ini kehendak Tuhan
...

Si gadis merasa iba. ia mendekati si kucing. sebenarnya si kucing takut dan ingin lari. ia takut bila dirinya dipukuli lagi. namun, dia hanya bisa menatap si gadis dengan gemetar.
Si gadis memungut kucing kecil tersebut. dia mengelus kepalanya. dia kembali lagi ke rumah.
dibasuhnya bulu kucing itu dengan air hangat. si kucing kedinginan, namun badannya lemas. dia hanya bisa bergetar saja. bulu putihnya mulai kelihatan. mulai bersinar. namun, tubuhnya kecil dan kurus.
si gadis bergegas mengambil ikan dan nasi. diberikannya kepada kucing itu. si kucing dengan senang melahapnya sampai habis. saat makanan habis, si kucing menatap si gadis. tatapannya berbeda, saling mengucapkan terimakasih.
si kucing menyesali pikirannya. dia bahagia hidup bersama si gadis. bersama si gadis, si kucing merasakan cinta abadi yang tulus.

2 komentar: